Salah satu hal yang menyenangkan ketika kecil waktu 17 agustusan adalah lomba-lombanya. Ya, untuk memperingati kemerdekaan Indonesia, dikampung saya selalu diadakan lomba untuk anak-anak, ibu-ibu, dan bapak-bapak. Entah kenapa menonton ibu-ibu dan bapak-bapak berlomba sama asiknya dengan menonton anak-anak lomba. Sama-sama menggelikan, selalu ada tingkah konyol salah satu pesertanya.
Dulu, sewaktu saya kecil banyak sekali lomba yang diadakan. Dari lomba makan kerupuk, masukin pensil dalam botol, balap karung, dan masih banyak lagi. Salah satu motivasi untuk memenangi setiap lomba adalah di malam pentas seni, pemenang lomba akan di panggil naik ke atas panggung dan menerima hadiah. Buku, pensil, dan mie instan adalah hadiah yang paling sering, tapi buat saya dan anak-anak seusia saya dulu, itu sudah sangat menyenangkan.
Beberapa hari yang lalu kita baru saja melewati moment hari kemerdekaan. Sebenernya apa sih arti kemerdekaan itu buat kita? Kalo melihat tayangan di televisi setiap ada pertanyaan itu, pasti jawabanya selalu “merdeka dari korupsi, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari.. bla bla bla lainnya”. Terilhat seperi jawaban itu sudah menjadi default saat ditanya “arti kemerdekaan”.
Memang tidak salah menjawab seperti itu, tapi coba betul-betul tanyakan pada hati kita yang paling dalam. Sebenernya apa sih “arti kemerdekaan” itu? Apa sumbang sih kita untuk Negara yang dari lahir sampai detik ini kita tinggali?
Menurut saya sebagai warga biasa, sumbangsih yang paling basic yang bisa kita lakukan adalah memberi respect pada semua hasil karya anak Indonesia. Di era milenial ini, orang berlomba-lomba untuk menciptkan suatu karya. Teknologi dan Inovasi menjadi bagian hidup kita.
Banyak sekali inovasi dan teknologi baru di ciptakan oleh teman-teman kita di Indonesia. Tugas kita adalah memberi support dengan cara menggunakan dan memberi masukan jika ada sesuatu yang perlu diperbaiki.
Di ranah teknologi tentu kita udah familiar dengan aplikasi seperti GoJek, BukaLapak, TokoPedia yang semuanya merupakan buatan teman-teman atau senior-senior kita. Tugas kita adalah memberi support dengan cara menggunakannya dan memberi masukan.
Beberapa hari yang lalu saya baru saja menonton video di Qubicle.id berjudul “2 beda dalam 1 Indonesia” yang mencoba mengajak kita untuk menyadari akan ke indahan alam Indonesia.
Videonya bisa dilihat disini http://qubicle.id/story/2-beda-dalam-satu-indonesia
Setelah melihat video tersebut, saya sadar, kita juga bisa memberi sumbangsih untuk Indonesia lewat bidang apa aja yang kita sukai. Ya, apa saja. Gak peduli kita suka traveling, videografi, musik, menulis, desain, fotografi, apapun itu kita memiliki peran sendiri-sendiri untuk mengangkat Indonesia, untuk memberi sumbangsih kepada Indonesia.
Berbarapa hari terakhir ini saya sering mencari inspirasi-inspirasi kreatif di Qubicle. Bagi yang belum tau, Qubicle merupakan wadah bagi para individu kreatif, komunitas dan content creator, untuk berbagi karya mereka dalam format digital dan berinteraksi dengan mereka yang mempunyai minat yang sama. Kita juga bisa join disini untuk berbagi karya kita dengan cara registrasi di http://qubicle.id. Info lengkap tentang Qubicle bisa dilihat di Facebooknya “Qubilce”, Twitter dan Instagramnya “@qubicle_id” atau bisa ke youtubenya https://www.youtube.com/channel/UCXyUiI8vNTrFRzOk77jid7g
Saya teringat artikel dari Jemy Confido yang ditulis di majalah Lionmag, begini ceritanya :
Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia. Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tak kunjung berubah.
Maka cita-cita itupun agak kupersempit, lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku. Namun tampaknya hasrat itupun tiada hasilnya.
Ketika usiaku semakin senja, dengan semangat yang masih tersisa, kuputuskan untuk mengubah keluargaku, orang-orang yang paling dekat denganku. Tetapi celakanya mereka pun tidak mau diubah!
Dan kini sementara aku berbaring saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari : andaikan yang pertama kuubah adalah diriku, maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin aku bisa mengubah keluargaku. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi akupun mampu memperbaiki negeriku; kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia!
—Tulisan yang mengharukan tersebut dipahat di atas sebuah makam di Westminster Abbey, Inggris, dengan catatan tahun 1100 Masehi.—
Ya, sebagai manusia biasa, kita tidak usah terlalu muluk-muluk untuk mengubah Negara ini, mari kita berkarya untuk diri kita sendiri. Siapa tau dikemudian hari, karya kita bisa menginspirasi orang-orang lain. Dan kemudian sedikit-sedikit bisa memberi purabahan yang baik untuk Indonesia.
Sudah banyak tempat yang memberi wadah untuk karya-karya kita. Seperti contohnya Qubicle yang memang di rancang untuk memberi wadah untuk memajang karya-karya kreatif.
Seperti yang dibilang teman treveler saya @takdis “ada 1000 alasan untuk membenci Indonesia, tapi ada 1juta alasan untuk mencintai Indonesia”.
Mari mulai sekarang jangan berkarya untuk Indonesia, mulailah berkarya untuk diri sendiri, lalu.. siapa tau bisa merubah Indonesia menjadi lebih baik.
0 komentar